Belajar Bersama Hornbill House: Bertaut dalam Keluarga, Menjunjung Inklusivitas
Oleh Chintya Maulini
Tidak mengindahkan peluh yang membersamai, sekumpulan siswa berpakaian kuning‒warna khas keluarga Hornbill kompak mempersiapkan Leadership Camp pada minggu mendatang. Tidak pula menggubris asal daerah dan berbagai perbedaan diantaranya, semua bertaut sebagai satu keluarga. “Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.” Ayat tak asing Nelson Mandela tertanam kuat dalam jiwa Salsabila‒siswi rantauan asal pelosok Ogan Ilir, melanjutkan pendidikan bertaraf internasional di sekolah insiatif Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Meninggalkan keluarga tercinta untuk menjalani kehidupan berasrama di SMAN Sumatera Selatan, menuai banyak cerita dan pelajaran berharga. “Sekolahku, Rumah keduaku,” lanjutnya dengan senyuman terukir indah.
Bak sekolah di Hogwarts, penerapan house system turut melengkapi perjalanan para perantau muda Sumatera Selatan yang bersekolah di sana. Terdapat 9 Keluarga (houses) dengan masing-masing karakter dan moto keluarga yang berbeda, lengkap dari yang bersahaja hingga kompleks‒ada yang berwujudkan Fly High untuk Eagle House, Enjoy aja untuk Lion House, Talk More Do More untuk MantaRay House, No Complain Do the Best untuk Shark House, hingga We Lead our Team to Reach our Dream untuk Hornbill House. Namun ibaratkan pelangi, perbedaan warna 'kan membuatnya berpadu dengan indah nan istimewa.
"Kalau ditanya tentang rindu keluarga, sudah pasti dirasa. Tetapi, ‘When I'm away from my family, I'm here for reason. I’m strong, I can be, whatever I want to be. Among my new family, living in academy,’ sebagaimana lagu I Can Make it Happen di sekolah kita yang selalu membuatku terus berjuang meraih mimpi untuk mengukir senyum Ibu Bapak di desa. Kita semua seperti keluarga, bak rumah yang sangat nyaman untuk mengembangkan potensi dan berkomunikasi. Jika di Ogan Ilir bertetangga dan bersapa bersama orang Komering, Palembang Asli, bahkan orang Jawa sekalipun ... di asrama, kita dapat belajar berbahasa daerah dan berbagi cerita mengenai keberagaman budaya daerah," tutur Salsa sambil memperlihatkan potret house gathering bersama Hornbill House dan orang tua asuhnya. Keberagaman ini pula menciptakan anugrah dan kesempatan luar biasa, "Belum lagi pada berkah tahun ajaran baru, banyak teman membawa makanan khas daerah dan memperkenalkannya kepada kita semua! Aku juga belajar kekhasan adat daerah dari teman-teman di asrama."
Pembelajaran di lingkungan sekolah juga sama asyiknya! Penggunaan media yang interaktif dan komunikatif, serta implementasi Moving Class system yang telah dilengkapi smartboard turut menstimulasi motivasi belajar siswa. Namun, di tengah derasnya arus digitalisasi, penyebaran hoaks yang massif dan penyalahgunaan media digital di tengah masyarakat luas menyebabkan gubahan dan kinerja generasi penerus estafet negeri ini kian tenggelam dalam publikasi liar yang belum terkendali dengan baik. Saban hari 2021 yang masih berdampingan dengan pandemi, berbagai media pula mengabarkan sebuah angka yang mendukung kecemasan populasi, fokus pendidikan pula menunjukan mirisnya siswa yang terdampak lack of motivation. Arkian, disparitas media informasi turut menjadi balada. Mereka, anak muda di pedesaan dan daerah terpencil masih teruk mengais kabar—seperti menurut siswa anggota Hornbill House asal Muara Dua, Prabumulih timur, menyatakan bahwa penyampaian informasi masih bergantung pada koran, masjid, dan penyampaian lisan dari representatif masyarakat yang berkeliling, sementara akses internet lainnya masih cukup terbatas.
Sebagai halnya anak muda yang merupakan pengguna media sosial dan akses internet, di sinilah mereka sekaligus berperan sebagai Agent of Change yang dapat menggalakkan budaya baca dan menolak disinformasi yang beredar, tentunya dengan dapat berkolaborasi bersama pihak pemerintah dan organisasi wadah anak daerah di sekitar. Hatta, diharapkan kolaborasi ini dapat menjadi support system sekaligus wadah yang dapat mendongkrak semangat Kebhinekaan dan memaksimalkan peran anak muda dalam menghadapi era globalisasi dewasa ini. Upaya pengembangan pendidikan generasi muda, khususnya pada lingkup literasi media baru, penguatan karakter, serta inklusivitas perlu diaplikasikan secara merata, baik dalam penerapan inkulkasi maupun secara langsung. Dikutip dari buku best seller MY CLOUD karya Chintya Maulini, salah satu anggota Hornbill House, “Setiap anak pantas mendapatkan dan meraih mimpi setinggi apapun yang ia inginkan, meski anak tersebut berasal dari daerah terpencil sekalipun,” menyiratkan pesan dan keyakinan bahwa pendidikan dan aspek lainnya seyogyanya dapat diakses secara merata, tanpa membandingkan latar belakang yang berbeda-beda.
“Kesadaran, evaluasi, dan pengembangan adalah beberapa langkah yang dapat diintegrasikan dalam rangka memprogres sesuatu, tetapi perlunya rasa saling menghargai dalam sebuah tim adalah langkah untuk menjadikannya solid dan berpadu.” Sama pentingnya dalam memahami keberagaman, bukan sebagai suatu keterbatasan, tetapi potensi besar yang dapat menjadi sebuah keajaiban. Perbedaan bukanlah rintangan, pandemi juga bukan menjadi penghalang, tentu dengan kebersamaan dan bersatu untuk Indonesia berkemajuan.
Profile Penulis :
Nama lengkap: Chintya Maulini
Kelas: XII Science 3
Angkatan: 11 / 2019-2020